Pemimpin Tapi Gak Sadar: Inversion Thinking untuk Menemukan Titik Buta Diri
🔀 Read in English 🇬🇧
Selamat Datang di IPM Ranting Dahu
Pemimpin Tapi Gak Sadar: Inversion Thinking untuk Menemukan Titik Buta Diri
Saya pernah ikut rapat—yang agendanya katanya “sederhana”—tapi ujung-ujungnya bikin kepala ngebul kayak ketel nasi meledak. Bukan karena materinya rumit. Tapi karena yang ngomong merasa paling paham, paling benar, dan paling tahu arah perjuangan umat manusia. Padahal yang dengerin udah keringat dingin, bukan karena semangat, tapi karena bingung: ini forum diskusi atau kuliah umum?
Kadang, kita nggak sadar. Bukan cuma nggak sadar diri, tapi juga nggak sadar posisi, suasana, dan bahkan ekspresi wajah peserta rapat. Kamu mungkin nggak niat jadi pemimpin, tapi pas kamu mulai pegang mic dan semua mata tertuju, kamu sudah masuk radar “orang yang seharusnya paham”.
Nah, masalahnya: kamu paham nggak kalau kamu nggak paham?
Itu kenapa saya pengen ngajak ngobrol soal inversion thinking. Atau kalau dimelayukan: mikirnya dibalik. Bukan cari jawaban, tapi cari kesalahan. Bukan cari pencapaian, tapi nyari bencana. Gimana caranya gagal? Gimana biar organisasi stuck? Nah, dari situ justru kita tahu harus ngapain supaya jangan sampai kejadian.
“Pemimpin yang Gagal adalah yang Paling Sibuk Ngomong”
Sakit ya bacanya? Tapi bener. Saya juga pernah begitu. Ngerasa paling tahu arah gerak, sampai lupa kalau yang lain belum diajak jalan. Jadi mereka ngelihatin doang dari kejauhan, nungguin saya tersesat sendirian.
Kamu tahu gak, pemimpin yang kelihatan aktif belum tentu sedang memimpin. Bisa jadi dia sedang menutupi kekosongan koordinasi pakai energi pribadi. Teriak-teriak di grup, bikin panik sekomisariat, padahal masalahnya belum jelas.
Kalau kamu pakai inversion thinking, kamu tanya ke diri sendiri: “Kalau saya pengen organisasi ini bubar, apa yang harus saya lakukan?” Dan jawabannya bisa: - Saya ngomong sendiri, gak dengerin orang. - Saya bikin program banyak tapi gak ada yang ngerti tujuannya. - Saya kritik semua orang tapi gak mau dikritik.
Nah, tinggal dibalik aja. Jangan lakukan itu.
Berhenti Cari “Apa yang Harus Dilakukan” — Coba Tanya: “Apa yang Harus Dihindari?”
Kita sering banget dikejar sama pertanyaan-pertanyaan indah: “Apa yang bisa saya kontribusikan?” “Bagaimana saya bisa berkembang sebagai kader?” Tapi lupa nanya: “Apa hal jelek yang saya bawa ke forum ini tapi saya pura-pura nggak tahu?”
Itu titik buta.
Dan lucunya, semakin sering kamu rapat, semakin kamu terbiasa nutupin titik itu pakai jargon-jargon manis. Semakin tinggi posisimu, semakin gampang kamu percaya sama pujian.
Makanya, coba deh evaluasi dengan metode kebalikan:
- Kalau saya ingin musyawarah ini gagal, saya harus ngapain?
- Kalau saya ingin kader-kader lain berhenti tumbuh, saya harus ngapain?
- Kalau saya ingin jadi toxic tapi tetap disanjung, saya bisa pakai cara apa?
“Saya Bukan Pemimpin” Adalah Alasan yang Nyaman
Dan berbahaya. Karena justru yang bilang begitu seringkali sedang memimpin dari belakang layar. Kamu yang suka ngetik ide panjang di grup, walau gak pernah tampil di depan. Atau kamu yang diem-diem bantuin beresin rapat tapi gak mau dikasih jabatan.
Kalau kamu gak mau mikirin dampak omongan dan sikapmu karena merasa “bukan siapa-siapa”, kamu lagi ngelatih titik buta itu jadi permanen.
Tips Inversion Thinking untuk Aktivis Kader:
- Tanyakan hal sebaliknya. Misal, “Bagaimana cara bikin teman satu tim kecewa dengan saya?” lalu hindari jawabannya.
- Observasi dalam diam. Kadang kita nemu masalah justru ketika berhenti kasih solusi.
- Catat kesalahan rutin. Bikin daftar “Hal yang bikin rapat gagal” lalu evaluasi mingguan.
- Latih kepekaan lewat bercanda. Bercanda itu penting, tapi lihat reaksi. Kalau ketawa palsu semua, jangan ulangi.
- Tidak semua harus diucapkan. Kadang pendapatmu bagus, tapi waktu dan suasananya belum siap nerima.
Penutup yang Gak Harus Simpulan
Titik buta itu kayak bayangan di kaca spion: gak kelihatan, tapi bisa bikin celaka kalau diabaikan. Dan sayangnya, makin kamu merasa "berpengalaman", makin kamu malas ngelirik kaca itu.
Mungkin sekarang saatnya kita latihan nanya yang absurd: “Kalau saya pengen IPM ini stuck selama dua periode ke depan, saya harus ngapain?” Terus, kamu bikin listnya. Lalu kamu hindari satu per satu.
Dan pelan-pelan, kamu akan belajar: jadi pemimpin bukan tentang tahu lebih banyak, tapi tahu kapan kamu nggak tahu apa-apa.
Welcome to IPM Ranting Dahu
Leading Without Realizing: Inversion Thinking to Spot Your Blind Spots
I once joined a meeting—supposedly a “simple agenda”—but ended up with my brain overheating like a pressure cooker. Not because the topic was hard, but because the person talking acted like they knew it all. The rest of us? Sweating not from passion, but confusion: is this a discussion or a TED Talk gone wrong?
Sometimes, we’re unaware. Not just of ourselves, but of the room, the mood, even people’s faces. You might not intend to lead, but the moment you hold the mic and eyes lock on you—you’re expected to know.
But here’s the twist: do you even know that you don’t know?
That’s why I wanna talk about inversion thinking. Flip your brain. Don’t chase answers, hunt down mistakes. Ask: how can this fail? How can this forum go downhill? That’s how we discover what not to do.
"The Worst Leaders Are the Loudest Ones"
Harsh? Maybe. But also true. I’ve been that person. So busy broadcasting ideas that I didn’t notice everyone else just watching from the sidelines—waiting for me to crash.
Being active doesn’t mean you’re leading. Sometimes it just means you’re masking chaos with solo energy. You yell in the group chat, spark panic, and then... forget to explain what the problem even is.
If you try inversion thinking, ask yourself: “If I wanted this organization to collapse, what should I do?” You might come up with: - Talk without listening. - Create complicated programs nobody understands. - Criticize others but reject feedback. Then you just... avoid doing that. Simple.
Stop Asking "What Should I Do?" — Ask "What Should I Avoid?"
We love shiny questions like: “What can I contribute?” “How can I grow as a member?” But we rarely ask: “What toxic traits do I bring into this space and pretend not to see?”
That’s your blind spot.
And the longer you're in the system, the better you become at covering those spots with fancy words. The higher your position, the easier it is to believe your own praise.
So flip it. Evaluate yourself by asking:
- If I wanted this meeting to be useless, what would I do?
- If I wanted people to stop growing, what should I promote?
- If I want to be toxic but still adored, how should I act?
“I’m Not a Leader” Is a Comforting Lie
Dangerous too. Because people who say that often lead from behind. You, the one dropping long ideas in the group chat but never taking roles. You, helping out silently without wanting credit.
If you avoid accountability by saying “I’m not important”, you’re teaching your blind spots to become permanent.
Inversion Thinking Tips for Student Activists:
- Ask the reverse question. Like “How can I make my team lose trust in me?” Then avoid those actions.
- Watch silently. Observing often reveals more than talking.
- Track recurring mistakes. Write a list of “What makes our meetings fail?” and review weekly.
- Use humor wisely. A joke is fine, but check if the laughter is real or forced.
- Know when to shut up. Your point might be great, but the timing and vibe matter.
A Closing Without Closure
Blind spots are like your car’s mirror shadows—you don’t see them, but ignore them and you crash. And ironically, the more “experienced” you become, the less you check those mirrors.
So let’s ask absurd questions again: “If I wanted IPM to stay stagnant for two more years, what should I do?” List the answers. Avoid them. Rinse and repeat.
Eventually, you’ll learn: being a leader isn’t about knowing more. It’s knowing when you don’t know enough.

Post a Comment for "Pemimpin Tapi Gak Sadar: Inversion Thinking untuk Menemukan Titik Buta Diri"
Post a Comment