Disiplin Bukan Karena Diawasi: Berpikir Terbalik tentang Integritas Kader
🔀 Read in English 🇬🇧
Selamat Datang di IPM Ranting Dahu
Disiplin Bukan Karena Diawasi: Berpikir Terbalik tentang Integritas Kader
Waktu itu saya pernah jaga stand buku pas Musyda. Kegiatan rame, lalu lintas orang padat. Tapi anehnya, satu-satunya yang mencuri perhatian saya bukan peserta yang orasinya mengguncang tenda utama, tapi seorang bocah kelas 5 SD yang balik-balik ke stand cuma buat ngecek: “Kak, ini bukunya boleh dibaca gratis?”
Saya jawab iya, boleh. Terus dia duduk. Buka buku. Baca pelan-pelan. Nggak buka HP. Nggak cuma bolak-balik foto. Dia beneran baca. Lama.
Yang lucu (atau sedih?) adalah... saya merasa malu sendiri. Karena saya sendiri waktu itu jaga stand sambil ngelirik HP tiap 3 menit. Jadi pertanyaan muncul: kenapa bocah itu bisa fokus? Padahal gak ada yang ngawasin. Gak ada reward. Gak ada presensi. Gak ada “dapat poin kader”.
Kalau dipikir-pikir, mungkin kita perlu belajar dari cara bocah kecil itu memperlakukan waktu dan niatnya. Mungkin integritas bukan soal diawasi atau tidak. Tapi tentang apakah kita masih utuh ketika tidak ada yang lihat.
Jeda Dulu: Pernah Gak Kamu...
Pernah gak kamu ngerjain laporan cuma karena takut ditegur? Atau rapat tepat waktu karena ketua bidangnya galak? Atau ngisi presensi online padahal belum datang?
Saya pernah. Sering malah.
Tapi lama-lama saya sadar, ada efek samping dari “disiplin karena diawasi”. Rasanya kayak pakai jas almamater bukan karena bangga, tapi karena takut difoto panitia. Kita kehilangan arah, dan lebih fokus ke tampilannya dibanding substansinya.
Kalau Inversi Dipakai
Coba dibalik. Gimana kalau justru kita mulai dari pertanyaan: "Bagaimana cara jadi kader yang tidak bergantung pada pengawasan?"
Gimana kalau yang kita takutkan bukan “dimarahi”, tapi takut kalau diri kita kehilangan arah? Takut kalau kita cuma gerak karena ada tekanan luar, bukan dari niat yang hidup di dalam?
Kita mulai nyusun hidup organisasi bukan untuk pencitraan, tapi buat nyambungin hati. Mulai nyusun rapat bukan untuk laporan, tapi untuk ngobrol dan mikir bareng. Kita gak perlu saklek, tapi juga gak boleh longgar sampai melebur.
Integritas Itu Gak Instagramable
Integritas tuh kayak... ngebuang sampah ke tempatnya padahal gak ada yang liat. Kayak matiin lampu ruang sekretariat walau bukan kamu yang nyalain. Kayak bales chat adik kelas walau kamu capek.
Tapi itu semua gak pernah masuk ke story. Dan memang gak harus.
Integritas gak ada efek kilau. Tapi dia yang bikin organisasi gak roboh waktu gak ada yang pegang. Dia yang bikin rapat tetap jalan meski tanpa MC. Dan dia juga yang bikin kamu bisa tidur dengan tenang walau belum ada yang puji.
Tips Kecil untuk Kader yang Mau Berpikir Terbalik
1. Tulis alasan kenapa kamu ikut IPM. Buat kamu sendiri, jangan buat ditunjukin.
Biar kamu tahu, kamu ini jalan karena apa. Bukan karena siapa.
2. Kalau lihat kekacauan, jangan langsung nunggu arahan. Coba mulai dari “apa yang bisa aku beresin sekarang?”
Kadang integritas bukan soal jawaban, tapi soal tindakan spontan yang niat.
3. Latih diri disiplin bukan karena takut, tapi karena sayang.
Sayang waktu, sayang tim, sayang organisasi yang udah susah-susah dirawat.
4. Jangan terlalu sibuk terlihat baik, sampai lupa jadi baik beneran.
Karena ujungnya, yang kamu rawat bukan branding. Tapi nurani.
Akhirnya…
Kadang kita baru ngerti pentingnya integritas ketika gak ada yang lihat kita lagi. Ketika semua orang sibuk, dan kamu satu-satunya yang masih di lapangan. Di situ kamu bisa pilih: mau ikut kabur, atau tetap berdiri.
Dan kalau kamu bisa tetap berdiri meski gak ada yang tepuk tangan... Mungkin di situlah kamu gak cuma jadi kader. Tapi manusia.
Welcome to IPM Ranting Dahu
Discipline Without Supervision: An Inverted Way to Think About Kader Integrity
I once volunteered at a book stand during a regional student meeting. The place was buzzing. But oddly enough, the person who stuck with me wasn’t the speaker shaking the tent with slogans, but a fifth grader who kept coming back just to ask: “Can I read this book for free?”
I said yes. So he sat, opened a book, and read it. Slowly. No phone. No performative scrolling. He just... read. For a while.
The funny (or sad?) part is — I felt embarrassed. Because I was the one glued to my phone every 3 minutes. It made me ask: how could that kid be so focused? No supervision. No reward. No "get kader points".
Maybe integrity isn’t about being watched or not. Maybe it’s about whether you’re still whole when no one’s looking.
Pause: Ever Done This?
Ever filled a report just because you’re scared of getting scolded? Or showed up on time only because the chairperson was strict? Or clicked “present” on the attendance sheet while still stuck on the bus?
Been there. Too many times.
But it eats you. It’s like wearing your organization jacket not out of pride, but fear of being shamed in photos. The essence fades. The outer layer thrives.
What If We Flip the Script?
Let’s invert it. What if we ask: “How can I be a kader who doesn’t rely on surveillance?”
What if the fear isn’t being scolded, but being lost? Not moving out of guilt, but because something inside you burns quietly?
You build events not to impress, but to connect. You hold meetings not for the report, but for real dialogue. You don’t go rigid. But you also don’t melt into chaos.
Integrity Isn’t Instagrammable
Integrity is like... putting trash where it belongs when no one's watching. Turning off the secretariat lights you didn’t even switch on. Replying to a junior’s message when you're tired.
And no, it doesn’t make it to your story. Nor should it.
Integrity has no spotlight. But it holds up the building when everyone else is gone. It keeps meetings running even without the MC. And it lets you sleep in peace even when no one said thank you.
Practical Inverted Tips for Kader
1. Write why you joined IPM. Just for you. Not to post.
So you know who you're walking for. Not just who you’re walking with.
2. When you see a mess, don’t wait for orders. Start with: “What can I fix now?”
Sometimes integrity is not about solutions — it’s about small acts with good intent.
3. Practice discipline out of care, not fear.
Care for time. Care for people. Care for the movement you’re part of.
4. Don’t work too hard on looking good, and forget to actually be good.
You’re not building a brand. You’re building a conscience.
To End With…
You’ll understand integrity best when you’re the last one left in the field. Everyone’s busy. Everyone’s gone. You stand alone.
That’s when you get to choose: walk away… or stay.
And if you stay — not because someone’s clapping — but because your heart said so…
Then maybe, just maybe, you’ve become more than a kader. You’ve become... human.
Post a Comment for "Disiplin Bukan Karena Diawasi: Berpikir Terbalik tentang Integritas Kader"
Post a Comment