Refleksi Pasca-Pemilu IPM: Apa yang Sebenarnya Kita Cari dari Seorang Pemimpin?
🔀 Read in English 🇬🇧
Selamat Datang di IPM Ranting Dahu
Refleksi Pasca-Pemilu IPM: Apa yang Sebenarnya Kita Cari dari Seorang Pemimpin?
Waktu itu saya berdiri di depan mading. Masih ada sisa-sisa tulisan quick count, beberapa stiker kandidat, dan... satu meme yang enggak lucu-lucu amat tapi tetap ditempel juga. Pemilu IPM baru aja selesai, dan kayaknya semua orang udah kembali ke ritme biasa. Tapi anehnya, kepala saya malah makin penuh. Bukan karena siapa yang menang. Tapi lebih ke: emangnya kita ngerti nggak sih, sebenernya kita lagi milih apa?
Kita pilih ketua umum. Oke. Tapi... kenapa dia? Karena pidatonya paling lantang? Karena fotonya keren di poster? Karena temennya banyak? Atau karena... kita bingung, jadi ikut-ikutan aja? Sering kali kita nggak nanya: *aku sebenernya cari apa dari pemimpin?*
Kepemimpinan itu... rumit. Tapi bukan berarti harus jadi kayak seminar motivasi. Kadang yang kita butuh itu bukan pemimpin yang selalu ngomong “ayo semangat!” sambil nunjuk langit, tapi yang bisa duduk bareng lo pas rapat molor, tetap tenang, dan bisa bilang, “yaudah, kita atur ulang deh.”
Seseorang pernah bilang ke saya: pemimpin itu bukan tentang paling depan, tapi tentang siapa yang paling bisa disalahin dengan senyum. Itu lucu, tapi dalam. Karena, sering kali, orang yang jadi pemimpin itu malah makin sering dipojokin. Dan anehnya... dia harus kuat. Tapi siapa yang ngajarin cara kuat itu?
Saya inget waktu dulu, pas saya masih jadi sekretaris. Ada ketua IPM yang tiap pagi absen shalat subuh bareng anak-anak asrama. Bukan karena disuruh, tapi karena dia ngerasa... ya masa iya gue ngajak orang aktif, tapi gue sendiri hilang? Dia nggak pernah bikin konten motivasi. Tapi semua orang nurut aja kalau dia ngomong. Bukan karena takut. Tapi karena percaya.
Tapi ya, nggak semua ketua harus kayak gitu. Nggak semua orang bisa bangun subuh, jujur aja. Tapi yang penting menurut saya: dia ngerti bahwa dia dipilih bukan buat gaya-gayaan. Bukan buat sablon nama di jaket. Tapi karena kita nitipin harapan. Walaupun kadang harapan itu absurd dan nggak masuk akal.
Beberapa orang mungkin milih karena program kerja. Tapi program kerja itu kayak niat puasa. Bagus, tapi kalau nggak dijalani ya cuma jadi tulisan di proposal. Yang bikin jalan itu... relasi. Kedekatan. Ketulusan. Dan itu nggak bisa disalin dari Google Drive.
Saya pernah kecewa. Pernah banget. Pas liat ketua yang saya dukung ternyata... lebih sibuk update story daripada rapat. Tapi dari situ juga saya belajar: jangan nitip harapan ke manusia kayak nitip nasi uduk ke abang-abang—bisa basi kalau kelamaan. Harus ada ruang untuk kecewa, supaya kita juga belajar realita.
Mungkin kita terlalu sering berharap pemimpin itu kayak tokoh anime. Berapi-api. Inspiratif. Tapi yang kita lupa, dunia nyata itu lebih ke... telat rapat, nyari proyektor, lupa password akun IPM. Dan dari semua kekacauan itu, yang kita butuh bukan superman. Tapi manusia biasa yang nggak lari.
Jadi, kalau kamu ngerasa pemilu ini nggak sesuai ekspektasi, itu wajar. Bahkan bagus. Karena itu berarti kamu masih peduli. Lebih bahaya kalau kamu udah cuek. Karena ketika kita berhenti peduli... organisasi itu tinggal nama doang.
Saya bukan orang paling paham soal kepemimpinan. Tapi saya percaya satu hal: pemimpin yang baik bukan yang paling banyak omong, tapi yang bikin kita mau ngomong. Yang bikin kita merasa didengar. Dan itu kadang nggak bisa diajarin, cuma bisa dirasain.
Jadi, coba deh pikirin. Pemimpin kayak apa yang kamu cari? Yang ganteng? Yang lucu? Yang follower-nya banyak? Atau yang... bisa nolong kamu benerin proyektor rusak pas MPLS?
IPM bukan panggung. Bukan juga tempat nyari eksistensi. Tapi rumah. Dan pemimpin itu... ya kayak kakak kos: kadang ngeselin, tapi kita pengen dia ada kalau atap bocor. Nggak perlu sempurna. Cukup nyata.
Kalau kamu terpilih, selamat. Tapi jangan merasa kamu naik level. Justru kamu lagi turun ke lapangan. Tempat di mana kamu harus kotor, capek, dan—kadang—dilecehkan. Tapi kalau kamu kuat, kamu bakal lihat: ternyata kamu bukan cuma ngejalanin program. Kamu lagi bantu orang lain tumbuh.
Dan kalau kamu nggak terpilih? Ya... mungkin kamu harus jadi pengingat. Bukan jadi yang terdepan, tapi yang bikin suasana adem. Karena pemimpin itu cuma satu. Tapi orang baik yang terus bantu? Nggak terbatas.
Akhirnya, ini cuma tulisan panjang dari orang yang juga bingung. Tapi semoga kamu ngerti satu hal: kita nggak butuh pemimpin yang sempurna. Kita butuh orang yang mau tetap hadir, meski nggak selalu kelihatan benar.
Welcome to IPM Ranting Dahu
Post-Election Reflections: What Do We Really Look For in a Leader?
I was standing in front of the bulletin board. The quick count scribbles were still there, along with a few leftover campaign stickers... and one meme that wasn’t even that funny. The IPM election had just ended, and it felt like everyone had returned to normal life. Strangely, my head was even noisier. Not because of who won. But more like—do we even know what we’re voting for?
We chose a leader. Okay. But... why that person? Was it the loudest speech? The coolest poster? The most followers? Or were we just confused and went with the flow? Often we don’t ask: *what do I actually want from a leader?*
Leadership is... messy. But it doesn’t have to be some motivational seminar. Sometimes we don’t need someone shouting “Let’s go!” while pointing at the sky. We need someone who stays calm during chaotic meetings and says, “alright, let’s rework this.”
Someone once told me: a leader is the one who gets blamed the most—but smiles anyway. Funny, but kinda deep. Because often, being a leader means standing in the fire... and pretending you’re not burning. Who teaches that kind of strength?
I remember a former IPM chair who woke up early just to join subuh prayers with the boys in the dorm. Not because he had to, but because he believed—how could he ask others to be active if he’s nowhere to be seen? He didn’t post motivational quotes. But people listened. Not out of fear. But trust.
But yeah, not all leaders have to be like that. Not everyone can wake up early, let’s be real. But the point is: they should understand they’re chosen not for status. Not for having their name printed on a jacket. But because we trusted them with hope. Even if that hope is sometimes vague and unrealistic.
Some choose based on work plans. But those are like New Year’s resolutions—nice, but meaningless if not followed through. What truly moves a team is connection. Closeness. Sincerity. You can’t copy-paste that from Google Docs.
I’ve been disappointed. Seriously. When a leader I supported spent more time on IG stories than in meetings. But I learned: don’t place all your hopes on humans like you're trusting someone with your lunch—things go stale. Allow room for disappointment, so we can grow from it.
Maybe we expect leaders to be anime protagonists—fiery, inspiring. But real life is more like... delayed meetings, dead projectors, forgotten passwords. What we need isn’t Superman. Just a human who doesn’t run away.
So if this election didn’t meet your expectations, that’s fine. Even good. It means you still care. The real danger is when you stop. When we stop caring... the organization becomes just a name.
I’m no expert in leadership. But I believe this: a good leader isn’t the loudest. It’s the one who makes us want to speak. Who makes us feel heard. And that’s something you don’t teach. You feel it.
So ask yourself—what kind of leader are you looking for? The handsome one? The funny one? The one with a thousand followers? Or the one who helps fix the projector during orientation?
IPM isn’t a stage. It’s not about clout. It’s home. And a leader... is like an older sibling in the dorm—sometimes annoying, but we want them around when the roof leaks. Not perfect. Just present.
If you’re elected, congrats. But don’t think you’ve leveled up. You’ve stepped down—to the field. Where you’ll get dirty, tired, and sometimes ridiculed. But if you endure, you’ll realize: you’re not just running programs. You’re helping people grow.
And if you didn’t win? Maybe you’re meant to be the steady one. Not the frontliner, but the calm force. Because leaders are few. But kind people who keep things going? Endless.
In the end, this is just a long rant from someone confused too. But I hope you take away one thing: we don’t need perfect leaders. We need people who stay. Even when they don’t always look right.
Post a Comment for "Refleksi Pasca-Pemilu IPM: Apa yang Sebenarnya Kita Cari dari Seorang Pemimpin?"
Post a Comment