Kaizen ala Kader: Memimpin Diri Sebelum Memimpin Organisasi

🔀 Read in English 🇬🇧

Selamat Datang di IPM Ranting Dahu

Kaizen ala Kader: Memimpin Diri Sebelum Memimpin Organisasi

Saya pernah ketiduran saat rapat. Dan bukan rapat biasa—ini rapat perdana saya jadi sekretaris. Kamu tahu rasanya? Seperti masuk kelas tanpa seragam... dan ternyata itu kelas sidang skripsi.

Tapi anehnya, dari rasa malu itu muncul pertanyaan: kenapa saya nggak bisa ngatur waktu dengan benar? Kenapa orang-orang yang saya kagumi di IPM itu kayak punya energi terus? Kok mereka semangat terus ngurusin orang lain padahal kadang tugas mereka sendiri aja belum selesai?

Ternyata jawabannya ada pada satu kata yang saya temukan dari buku Jepang, lalu saya bawa ke rapat IPM: Kaizen.

Bukan Sekadar Bahasa Jepang Keren

Kaizen itu artinya perbaikan terus-menerus. Tapi jangan bayangin yang muluk-muluk dulu. Bahkan bangun subuh lima menit lebih cepat dari biasanya, itu sudah Kaizen. Ganti catatan rapat dari tulisan acak-acakan jadi tabel rapi, itu juga Kaizen.

Yang menarik, filosofi ini sebenarnya nyambung banget sama kehidupan kita sebagai pelajar Muslim. Dalam Islam, ada yang namanya muhasabah—introspeksi diri. Setiap malam, kita diminta mengecek: "Hari ini aku nambah kebaikan atau nambah kelalaian?"

Jangan Ngarep Mimpin Kalau Mandi Aja Telat

Saya nggak bercanda. Dulu saya pernah diminta jadi koordinator kegiatan karena ketua sebelumnya mendadak sakit. Saat itu, saya masih sering telat salat Subuh, bangun kesiangan, dan belum bisa ngomong depan umum tanpa belepotan.

Tapi justru di titik itu saya sadar: organisasi itu bukan tempat latihan ngomong doang. Tapi tempat latihan ngatur hidup. Kalau kamu bisa konsisten hadir di rapat tepat waktu, ngerjain tugas kecil kayak nyusun kursi, itu semua bagian dari Kaizen kamu.

Kamu Gak Harus Hebat Sekarang. Tapi Harus Niat Naik Level

Saya nggak suka motivasi "jadilah yang terbaik". Karena... capek, men. Tapi saya suka ide "jadi lebih baik sedikit dari kemarin". Itu doable. Realistis. Dan nggak bikin kita merasa sia-sia pas gagal.

Coba kamu catat: hal kecil apa hari ini yang bisa kamu ubah? Bangun 10 menit lebih awal? Berani tanya ke senior tanpa takut dibilang sok tahu? Nulis laporan kegiatan walau jelek asal selesai? Itu semua masuk dalam perjalanan Kaizen kamu.

IPM Itu Bukan Cuma Organisasi. Tapi Simulasi Hidup

Banyak teman saya yang setelah lulus dari IPM, ternyata jadi pengusaha, guru, bahkan kepala sekolah. Dan mereka semua bilang: “Aku belajar jadi manusia dari IPM.”

Karena IPM bukan cuma soal bikin program. Tapi belajar cara marah yang sehat, belajar menolak tanpa nyakitin, belajar sabar saat tim nggak sesuai harapan. Dan itu semua dimulai dari... ya kamu sendiri.

Kamu Gagal Hari Ini? Oke. Tapi Jangan Gagal yang Sama Besok

Kaizen bukan tentang langsung jadi sempurna. Tapi tentang gagal yang makin pinter. Besok kalau telat, kamu tahu kenapa. Kalau lupa tugas, kamu tahu caranya nyatet.

Dan kalau kamu bisa terus jalan walau pelan, saya yakin... kamu akan bisa mimpin bukan cuma organisasi, tapi juga hidup kamu sendiri.

Sampai jumpa di ruang rapat berikutnya, dengan kamu yang sedikit lebih tangguh.


Welcome to IPM Ranting Dahu

Kaizen for Youth: Lead Yourself Before Leading Others

I once fell asleep during a meeting. Not just any meeting—it was my first time acting as secretary. Imagine the embarrassment. Like walking into a classroom in pajamas… only to find out it's a thesis defense.

But from that awkwardness came a question: why can’t I manage my time properly? Why do the seniors I look up to in IPM seem to have endless energy? Why do they keep going while juggling school, family, and dakwah?

Then I found a single word in a Japanese book that changed how I saw IPM work: Kaizen.

Not Just a Fancy Japanese Buzzword

Kaizen means continuous improvement. But don’t picture a corporate seminar. Waking up five minutes earlier? That’s Kaizen. Turning your messy meeting notes into a neat table? Still Kaizen.

And surprise, it totally fits our Islamic life. Islam has muhasabah—self-reflection. At night, we’re encouraged to ask ourselves: “Did I grow today? Or did I just scroll through life?”

Don’t Expect to Lead If You’re Still Late to Shower

Seriously. Once I had to lead an event last minute because the original leader got sick. At the time, I was still missing Fajr prayer, waking up late, and stuttering during public speaking.

But that’s when I realized: organizations aren’t about getting praise—they’re training grounds for real life. If you can show up to meetings on time, set up chairs without complaining… that’s your Kaizen.

You Don’t Have to Be Great Yet. But You Have to Level Up

I don’t like the “be the best” motivation. It’s exhausting. But “be a bit better than yesterday”? I can work with that. It’s realistic. It gives room for imperfection.

What small thing can you fix today? Wake up 10 minutes earlier? Ask that senior a question even if it feels awkward? Write that event report even if it sucks? That’s your Kaizen path.

IPM Is Not Just an Organization. It’s a Life Simulation

I know IPM alumni who became entrepreneurs, teachers, even principals. They told me, “I learned how to be human in IPM.”

Because IPM isn’t just about programs. It’s where you learn to be angry in a healthy way, to say no without hurting people, and to deal with messy teammates. And all of that starts with… you.

You Failed Today? Fine. Just Don’t Repeat the Same Failure Tomorrow

Kaizen is not about perfection. It’s about smarter mistakes. Be late today? Understand why. Forgot a task? Learn to jot it down.

And if you keep walking—even slowly—I believe you’ll not only lead organizations but your own life as well.

See you in the next meeting room, with a slightly tougher version of yourself.

Post a Comment for "Kaizen ala Kader: Memimpin Diri Sebelum Memimpin Organisasi"