Belajar Tertib dari Masjid: Cara IPM Menanamkan Disiplin Lewat Kegiatan Jamaah

🔀 Read in English 🇬🇧

Selamat Datang di IPM Ranting Dahu

Belajar Tertib dari Masjid: Cara IPM Menanamkan Disiplin Lewat Kegiatan Jamaah

Pernah nggak kamu ngerasa masjid itu tempat paling damai sekaligus paling bikin deg-degan? Damai karena suasananya adem dan wangi karpet, tapi deg-degan karena kamu baru inget kalau jadwal piket kebersihan hari ini... dan kamu telat. Lagi-lagi telat.

Saya pernah—dan terlalu sering malah—mengalaminya waktu masih jadi pengurus IPM ranting. Masjid jadi saksi gimana kami belajar tertib, bukan karena dibentak, tapi karena kalau ngga, ya karpet kotor, dan yang marah bukan ustaz, tapi jamaah Subuh yang udah sepuh-sepuh.

Tapi lucunya, justru dari kekacauan-kekacauan kecil itu kami belajar. Bahwa disiplin itu bukan cuma soal hadir tepat waktu, tapi juga menghargai tanggung jawab kecil yang kadang dianggap remeh: nyalain kipas, ngecek microphone, sampai nyiapin sajadah untuk imam. Kelihatan sepele? Emang. Tapi efeknya bisa bikin suasana masjid nyaman atau malah nyebelin.

Satu Masjid, Banyak Peran

Di IPM, masjid bukan cuma tempat salat berjamaah. Masjid itu ruang latihan. Ada yang belajar public speaking karena giliran kultum. Ada yang belajar manajemen waktu karena piket kebersihan. Ada juga yang mulai belajar ngelola konflik gara-gara rebutan jadwal adzan. Serius.

Waktu itu, kami punya sistem piket yang... ya, masih manual lah. Kertas ditempel di papan pengumuman, terus dikasih stabilo warna-warni. Tapi dari situ keliatan siapa yang konsisten dan siapa yang sering “lupa” karena “banyak tugas”. Hehe.

Kalau kamu pikir ini hal kecil, coba bayangin gini: kamu bagian kebersihan dan lupa nyapu. Datang-datang, jamaah Subuh udah berdiri sambil nyeletuk, "Mas, ini pasir dari mana sih? Dari Gunung Merapi?". Malu? Banget. Dan dari situ kamu belajar: jangan remehin detail.

Kepemimpinan Tanpa Megafon

Kita sering mikir kepemimpinan itu harus ada jabatan, ada mikrofon, ada logo di belakang. Tapi di masjid, kepemimpinan itu kadang muncul dari yang paling diam-diam. Kayak temen saya, si Arif, yang tiap Subuh datang paling awal buat nyalain lampu, dan tiap kali ditanya jawabannya selalu, “Biar adem suasananya.”

Dia nggak pernah nyuruh-nyuruh orang, tapi anehnya, makin lama makin banyak yang ikut datang awal juga. Mungkin bukan karena Arif-nya, tapi karena tindakan kecil itu bikin orang merasa nyaman. Kadang, jadi teladan itu lebih berisik dari orasi.

IPM ngajarin itu sih: jadi pemimpin yang tenang, bukan yang teriak-teriak. Kalau kamu bisa bikin orang ikut tertib tanpa disuruh, itu udah latihan kepemimpinan paling nyata.

Jadwal Adzan yang Lebih Tegang dari Ujian Fisika

Percaya atau nggak, salah satu konflik kecil paling absurd di IPM ranting kami bukan soal dana, bukan soal proposal kegiatan, tapi… jadwal adzan. Iya, adzan.

Jadi gini, kita punya sistem rotasi adzan, terutama untuk salat Maghrib dan Subuh. Nah, entah kenapa, Maghrib itu rebutan, tapi Subuh kayak hantu—semua menghilang. Yang paling lucu, waktu sekali-sekali adzan Subuh dipakai sebagai syarat masuk surga (kata ketua bidang dakwah sih begitu), langsung semua rajin ngisi.

Dari situ saya sadar, kadang kita perlu lucu-lucuan dulu biar seriusnya terasa. Kalau semua dibikin kaku dan formal, ya jadinya bukan IPM, tapi semacam rapat RT.

Rapot Disiplin Versi Masjid

Salah satu terobosan konyol tapi efektif waktu itu: kami bikin rapot disiplin. Isinya bukan nilai akademik, tapi catatan: siapa yang telat, siapa yang rajin, siapa yang tiba-tiba “ada urusan keluarga” pas giliran piket.

Awalnya banyak yang protes. Tapi lama-lama jadi kebiasaan. Bahkan ada yang mulai bangga punya catatan "rajin bersih-bersih sejak kelas 9". Mungkin kalau dikasih sertifikat, bisa buat CV IPM kali ya. Tapi dari semua itu, kami belajar satu hal penting: keteraturan nggak selalu harus kaku. Kadang, pakai catatan + canda = efektif.

Kenapa Masjid?

Pertanyaan ini sering banget ditanya sama teman-teman yang belum aktif: "Kenapa sih harus ribet-ribet di masjid segala? Kan bisa bikin kegiatan di sekolah aja." Nah, justru di masjid itu auranya beda. Nggak ada lonceng masuk, nggak ada guru, nggak ada nilai. Yang ada cuma waktu-waktu salat dan kewajiban sosial yang diam-diam membentuk karakter.

Kamu belajar mengatur diri, karena nggak ada yang nyuruh. Kamu belajar kerja sama, karena kalau nggak saling bantu, ya nyapu bisa dua jam sendiri. Dan kamu belajar tanggung jawab, karena jamaah nggak mau tau kamu habis ujian apa enggak, yang penting masjid bersih dan kipas nyala.

Jadi Apa yang Bisa Kamu Lakukan?

Kalau kamu masih bingung mau mulai dari mana, gampang. Coba datang lebih awal pas jamaah. Bantu gelar sajadah. Atau jadi tim dokumentasi, kalau kamu jago foto. Nggak harus jadi ketua IPM dulu kok buat mulai kontribusi.

Tertib itu nggak instan. Sama kayak nyetrika lengan baju, butuh usaha dan kadang kebakar dikit. Tapi makin kamu terbiasa disiplin di ruang-ruang kecil seperti masjid, makin gampang kamu nge-handle ruang besar di luar sana.

Penutup yang Bukan Penutup

Saya nulis ini bukan karena saya paling disiplin. Jauh. Tapi saya percaya, IPM bisa jadi tempat belajar yang diam-diam membentuk kita. Lewat kegiatan jamaah, piket masjid, adzan, atau cuma duduk sambil diskusi sambil makan gorengan di emperan.

Jadi, kalau kamu hari ini masih suka telat datang jamaah, atau suka ngilang pas giliran bersih-bersih… santai. Yang penting kamu sadar, dan mulai perbaiki pelan-pelan. Bukan karena takut ditegur, tapi karena kamu tahu itu bagian dari tumbuh.

Dan kadang, jadi orang yang datang lebih dulu ke masjid itu lebih keren daripada yang terakhir pulang dari rapat.

Welcome to IPM Ranting Dahu

Learning Discipline from the Mosque: How IPM Cultivates Order Through Daily Prayer Duties

Have you ever felt like the mosque is the most peaceful yet nerve-wracking place at the same time? Peaceful because of the cool air and that signature carpet smell, but nerve-wracking because—oh no—you just remembered it's your turn to clean today… and you're late. Again.

I’ve been there—too many times, honestly—back when I was part of our school’s IPM branch. The mosque silently witnessed how we learned order, not from lectures or threats, but simply because if we didn’t do our part, the carpet got dirty. And when that happened, it wasn’t the ustadz who got upset—it was the elderly jamaah aunties.

Funny how the smallest mess-ups taught us the biggest lessons. Discipline wasn’t just about showing up on time. It was about respecting those little responsibilities everyone tends to overlook—turning on the fan, checking the mic, laying down the imam's prayer mat. Sounds trivial? Maybe. But these details can decide whether the mosque feels serene… or straight-up chaotic.

One Mosque, Many Roles

In IPM, a mosque isn’t just a place for prayer. It’s a training ground. One person sharpens their public speaking through post-prayer talks. Another learns time management from cleaning duties. And someone else learns conflict resolution after a mini-war over who gets to call the adzan next. Not even kidding.

Back then, we used a manual duty roster—printed, taped to the notice board, highlighted in neon colors. It wasn’t fancy, but it clearly showed who kept their word and who mysteriously disappeared every time their name came up.

If you think it’s no big deal, imagine this: you were assigned to clean but forgot. The Subuh crowd shows up, notices sand on the floor, and one uncle says, “Where’s this? From Mount Merapi?” Instant embarrassment. And just like that, you learn—don’t underestimate the small stuff.

Leadership Without a Megaphone

We often think leadership requires a badge, a microphone, and a backdrop with logos. But in the mosque, leadership shows up in quieter ways. Like my friend Arif, who always arrived first to switch on the lights. When asked why, he’d say, “So it feels nice and peaceful when people come in.”

He never told people what to do, yet more and more of us started showing up early too. Maybe it wasn’t Arif himself—but that silent example did something to us. Turns out, being a role model speaks louder than megaphones.

That’s what IPM teaches: to lead calmly, without shouting. If you can get others to join just by your presence, that’s leadership training at its purest.

Adzan Duty: More Intense Than Physics Exams

Believe it or not, one of the weirdest conflicts in our branch wasn’t about funding or organizing events. It was… adzan scheduling.

Here’s the thing. We had a rotation system for the adzan, especially for Maghrib and Subuh. Everyone fought over Maghrib slots, but Subuh? Total ghost town. Then one day, the head of the dakwah division casually said, “Subuh adzan earns you double reward points in heaven.” The next day, the sign-up sheet was full.

Lesson learned? Sometimes you gotta be playful to make serious things stick. If everything’s too rigid and formal, you’re not running IPM—you’re running a bureaucratic zombie squad.

The Mosque Report Card

One silly-but-genius idea we tried: a “Discipline Report Card.” No academic grades—just notes on who showed up late, who was consistent, and who always had a mysterious “family emergency” when it was their turn to clean.

At first, people protested. But over time, it stuck. Some even bragged about being “Cleaning Team MVP since 9th grade.” Maybe we should’ve handed out certificates. But the point was simple: order doesn’t have to be rigid. Add a dash of humor, and suddenly, structure becomes human.

Why the Mosque?

This is a question we hear a lot from newer members: “Why do we have to do all this in a mosque? Why not just do activities at school?” Well… because the mosque has a different vibe. No bells, no teachers, no grades. Just prayer times and unspoken social responsibilities.

You learn to manage yourself—because no one’s forcing you. You learn teamwork—because if you don’t help each other, cleaning takes hours. You learn responsibility—because the congregation doesn’t care if you had an exam or not. They just want the fan on and the prayer rug clean.

What Can You Do?

Not sure where to start? Easy. Come early to prayer. Help unroll the mats. If you’re good at photography, join the documentation team. You don’t have to be the IPM chairperson to make an impact.

Discipline takes time. Like ironing sleeves—you’ll probably burn your fingers at first. But the more you train in small spaces like the mosque, the easier it gets to handle big responsibilities outside.

A Not-So-Closing Closing

I’m not writing this because I was the most disciplined. Far from it. But I do believe IPM can be a quiet training ground. Through prayer, cleaning, adzan, or just chatting over fried snacks in front of the mosque.

So if you’re still someone who shows up late or mysteriously disappears on your duty days… chill. What matters is you’re aware, and you start changing bit by bit. Not because someone nags you—but because you know it’s part of growing up.

And sometimes, being the first to arrive at the mosque is way cooler than being the last one out of a meeting.

Post a Comment for "Belajar Tertib dari Masjid: Cara IPM Menanamkan Disiplin Lewat Kegiatan Jamaah"